Isnin, 22 Disember 2008

Kejadian Manusia

"Beramalah di tempat yang tiada pembalasan(Dunia) untuk mendapat balasan di tempat yang tiada amalan(Akhirat)"

Pernahkah terdetik dalam hati kita untuk bertanya kembali, apakah tujuan aku dijadikan di muka bumi ini? ya, mungkin ada dan mungkin tiada atau kita sengaja tidak mahu peduli apa yang berlaku. Terciptanya sesuatu mestilah mempunyai sebab dan puncanya....

DALAM membahas tentang manusia dan ibadahnya kepada ALLAH SWT kita perlu memahami maksud sebenarnya mengapa ALLAH menciptakan manusia dan menghidupkannya di mayapada ini. Kalau sekedar untuk mewujudkan makhluk-makhluk yang terus-menerus taat setia serta patuh kepada segala perintah-Nya, maka tentulah mencukupi makhluk malaikat yang telah dijadikan-Nya, di mana mereka itu tidak pernah ingkar kepada perintah-Nya. Kerana itu ALLAH menyatakan bahawa Dia akan menciptakan manusia-manusia di muka bumi ini, maka malaikat-malaikat berkata bahawa manusia-manusia itu akan membuat kerosakan dan pertumpahan darah. Namun demikian, ALLAH lah yang lebih mengetahui apa yang mereka tidak tahu. Kerana itu ALLAH terus menciptakan manusia di bumi ini untuk menjadi khalifah-Nya.

Firman ALLAH:

Artinya : “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi ini.”
(Al Baqarah: 30)

Hasilnya ialah Nabi ALLAH Adam as dan seterusnya seluruh zuriat-zuriat keturunannya. Nabi Adam as adalah khalifah ALLAH yang pertama di bumi sedangkan seluruh zuriat keturunannya hingga dewasa ini adalah generasi penerus khalifah-khalifah yang akan menyambung tugas Nabi Adam as. Apakah tugas generasi khalifah-khalifah ini? Tidak lain tidak bukan tentulah untuk beribadah kepada ALLAH semata. Sebagaimana yang telah ALLAH tegaskan dalam Al Quran:

Artinya: “Tidak Aku jadikan jin dan manusia itu melainkan agar mereka beribadah kepadaku.”
( Ad Dzariat: 56)

Dengan tujuan agar manusia yang telah ALLAH ciptakan itu taat beribadah, maka tentulah Dia tidak membiarkan mereka itu tanpa pedoman dan panduan. Lalu ALLAH mewajibkan mereka supaya berpedoman kepada risalah-risalah atau syariat-syariat yang diutus-Nya kepada para Rasul. Rasul-Rasul itu diutus oleh ALLAH dari zaman ke zaman dan manusia tidak dibenarkan menyeleweng dari syariat yang ditetapkan. Bahkan tiap-tiap Rasul yang ALLAH utus pun tidak boleh mengeluarkan syariat masing-masing.

Di kalangan para Rasul yang teragung dan yang paling terakhir adalah Nabi Muhammad SAW. Maka untuk umat Nabi Muhammad dikeluarkan perintah untuk beribadah kepada ALLAH menurut syariat-syariat yang telah ALLAH sampaikan kepada Rasulullah SAW, satu syariat yang dikenal sebagai Dinul Islam atau syariat Islam.

Dengan demikian nyatalah Islam menjadi pegangan setiap umat Rasulullah SAW dan mereka diperintahkan supaya mematuhi syariat Islam di dalam setiap aspek kehidupan sebagaimana yang dikehendaki oleh ALLAH dalam firman-Nya:

Artinya:“Masuklah kamu di dalam agama Islam secara keseluruhan.”
(. Al Baqarah: 208)

Sesungguhnya perintah ALLAH itu menyeluruh dan tidak ada seorang pun yang terkecuali. Dan bagi mereka yang soleh atau taat setia atau yang bertakwa, ganjaran mereka adalah syurga yaitu suatu rahmat ALLAH yang paling besar. Sebaliknya bagi mereka yang mengingkari syariat yang dibawa Rasulullah, tergolong sebagai kafir atau durhaka (‘asi). Mereka akan dibalas dengan siksa yang sangat dahsyat serta menakutkan di akhirat kelak. Gelanggang penyiksaan yang tidak ada bandingannya di dunia ini yang dinamakan Neraka Jahanam dan telah ALLAH firmankan:

Artinya:“Adapun mereka yang beriman dan beramal soleh, bagi mereka itu Syurga Ma’wa sebagai tempat tinggal karena perbuatan mereka. Dan adapun bagi mereka yang fasik (perusak) maka tempat mereka adalah neraka.”
(. AS Sajadah: 20)

Tiada ulasan: